Seperti yang telah disebutkan bahwa kami akan melanjutkan materi kultum: "Memahami Kalimat Syahadat" bagian ke-2. Sampai disini, kami akan meluruskan yang namanya "Cinta" kepada Allah Subhanahu Wa Ta'ala. Mungkin sebagian dari kita pernah mendengar ungkapan dari para tokoh sufi yang menyatakan, "Ya Allah, jika aku beribadah kepadaMu karena mengharapkan surgaMu maka, jauhkanlah aku darinya. Dan jika aku beribadah kepadaMu karena takut akan nerakaMu maka, masukkanlah aku kedalamnya". Bagi sebagian orang, kalimat ini nampak begitu mulia. Beribadah kepada Allah Subhanahu Wa Ta'ala tanpa mengharapkan balasan apapun selain Allah. Mereka mengira bahwasanya keikhlasan beribadah itu diukur dengan mengharapkan surga atau tidaknya dan takut akan neraka atau tidaknya. Jika anda tidak menginginkan balasan sesuatu maka itu adalah ikhlas. Namun entah apa yang mereka lakukan dengan ayat-ayat al-Qur'an yang memerintahkan kita tuk memburu surgaNya dan berlindung dari nerakaNya. Juga, do'a-do'a Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam yang memohon surga dan berlindung dari nerakaNya.
Allah memerintahkan kita untuk memburu surga,
وَفِي ذَلِكَ فَلْيَتَنَافَسِ الْمُتَنَافِسُونَ
"Dan untuk yang demikian itu hendaknya orang berlomba-lomba." (QS. al-Muthaffifin: 26)
Dan juga sifat ulil-albab dijelaskan dalam al-Qur'an yakni berlindung dari siksa nerakaNya. Allah berfirman,
الَّذِينَ يَذْكُرُونَ اللَّهَ قِيَامًا وَقُعُودًا وَعَلَى جُنُوبِهِمْ وَيَتَفَكَّرُونَ فِي خَلْقِ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ رَبَّنَا مَا خَلَقْتَ هَذَا بَاطِلًا سُبْحَانَكَ فَقِنَا عَذَابَ النَّارِ
"(Yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): "Ya tuhan kami, tidaklah Engkau menciptakan semua ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, maka lindungilah kami dari siksa neraka". (QS. al-Baqarah: 191)
Hakikat cinta kepada Allah tidak akan tegak tanpa dua sayap penghambaan. Apa itu? Pertama, Khauf (rasa takut kepadaNya) dan kedua, Raja' (rasa harap kepadaNya). Ayat-ayat al-Qur'an dan pesan-pesan kenabian terlalu dipenuhi penjelasan akan hal ini. Hanya orang bodoh atau pura-pura bodoh yang tak mengetahuinya.
Seorang pecinta hakiki pasti akan selalu takut mendapatkan siksa dari yang dicintainya. Dan disaat yang sama hatinya selalu dipenuhi harapan tuk mendapatkan karunia terbaik dari yang dicintainya. Allah Subhanahu Wa Ta'ala menggambarkan para hamba-hamba pilihanNya dan para nabi dan rasul 'alaihimu shalatu wa sallam,
فَاسْتَجَبْنَا لَهُ وَوَهَبْنَا لَهُ يَحْيَى وَأَصْلَحْنَا لَهُ زَوْجَهُ إِنَّهُمْ كَانُوا يُسَارِعُونَ فِي الْخَيْرَاتِ وَيَدْعُونَنَا رَغَبًا وَرَهَبًا وَكَانُوا لَنَا خَاشِعِينَ
"Sesungguhnya mereka bersegera dalam (melakukan) perbuatan-perbuatan yang baik dan mereka berdoa kepada kami dengan rasa harap (raja') dan takut (khauf) dan mereka adalah orang-orang yang khusyu' kepada kami." (QS. al-Anbiya': 90)
Dan Nabi Muhammad Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam. Rasul penghulu seluruh manusia telah menyatakan,
"Dan ingatlah, demi Allah, sesungguhnya akulah yang paling takut dan paling bertakwa kepada Allah diantara kalian." (Muttafaqun 'alaihi)
Sehingga Syaikhul-Islam Ibnu Taimiyah -rahimahullah- menanggapi ungkapan para tokoh sufi tersebut, "Perkataan ini muncul disebabkan karena sangkaannya bahwasanya surga itu hanya sekedar nama tempat yang akan diperoleh berbagai macam nikmat. Dan neraka itu hanya sekedar nama tempat yang dimana manusia akan mendapatkan siksa didalamnya. Inu termasuk mendeskreditkan dan meremehkan yang dilakukan oleh mereka-mereka karena salah paham tentang kenikmatan surga. Kenikmatan-Kenikmatan di surga adalah segala sesuatu yang dijanjikan untuk para wali-wali Allah dan juga termasuk kenikmatan karena melihat wajah Allah. Yang terakhir ini juga termasuk kenikmatan di surga. Oelh karena itu, makhluk Allah yang paling mulia adalah yang selalu meminta surga dan selalu berlindung dari siksa neraka." (Majmu' al-Fatawa jilid ke-10: 240-241)
Oleh al-Akh, Muhammad Eddy (Al-Khajuul) -hafizhahullahu ta'ala-
Pada materi kultum selepas shalat 'ashar: Senin, 14 Agustus 2017/ 22 Dzul-Qa'dah 1438 H.
RohisKarimun08.blogspot.com | Facebook/Twitter/Instagram: @RohisKarimun & Instagram: @Karimun_Akhowaat08 | Line@: @fuz2598t
Seperti yang telah disampaikan bahwa kita tidak akan merasakan manisnya kisah cinta dengan Sang Rabb kecuali bila makna kalimat "Laa ilaha illallah" benar-benar dipahami. Kalimat agung ini jika saja diucapkan dengan penuh kesadaran dan perasaan maka sesungguhnya ia adalah kalimat yang memiliki makna sangat erat dengan hati. Kalimat ini adalah kalimat yang kutub putarannya pada segala Kemaha sempurnaan dan Kemaha agungan. Sebuah pengakuan hakiki akan segala kemaha agungan dan kemaha muliaan. Ia adalah sebuah ungkapan hati yang tunduk sempurna pada Allah.
Pernahkah kita mencoba memahami?
Tentu kita telah banyak mengucapkannya namun di usia kita saat ini pernahkah sekali saja kita menyempatkan waktu untuk mendalami apa sih di balik "Laa ilaha illallah" itu? Mungkin tidak. Paling jauh kita mengatakan, "Artinya kan tiada sesembahan yang berhak disembah kecuali Allah, bukankah itu?" Dan sudah! Sampai disitu saja. Sehingga wajar saja bila kisah cinta antara sang makhluk dan Sang Khaliknya tak kunjung terwujud. Maka apabila kita telah memahami demikian maka sekarang saatnya kita mendalamu apa sih dibalik "Laa ilaha illallah" itu? Bila kita perhatikan secara sekilas maka kita akan mendapati dua kata penting dari kalimat ini. Dua kata yang menjadi perputaran dari seluruh keindahan islam ini. Dua kata itu adalah Allah dan ilah. Jika ditelusuri secara bahasa, kata ilah itu bersifat qabliyah-wijdaniyah, yang artinya sebuah kata yang memiliki kaitan dan tautan yang sangat erat dengan hati. Ia adalah sebuah kata yang menggambarkan keadaan-keadaan hati seperti cinta dan benci, rindu, bahagia dan galau, dan seterusnya. Dalam ungkapan bahasa arab bila dikatakan أَلِهَ الفَصِيلُ - يَالَهُ Alihal-fashiil - ya'lahu
Makna itu berarti seekor anak unta yang meratapi dan menangisi ibunya karena rindu. Kata al-fashiil disinu bermakna seekor anak unta yang baru saja disapih oleh ibunya lalu ia dikurung dalam sebuah kandang, dan ibunya meninggalkannya untuk pergi ke ladang penggembalaan. Setelah lama menunggu maka si anak unta manis karenanya. Maka dalam kasus ini secara bahasa si ibu dari anak unta itu adalah "ilah" bagi si anak unta itu sendiri. Intinya, ilah adalah apa yang selalu dirindukan oleh hati. Yang membawa jiwa pada tingkatan ketundukan dan kepatuhan pada yang dirindu. Itulah sebabnya ada yang mengatakan bahwa kata ilah itu berakar dari kata al-walah. Apa itu al-walah? Biarkan ibn mandzur -rahimahullah- (penulis Lisan al-'Arab) menjelaskannya, "Kata al-walah bermakna sebuah kegilaan yang timbul disebabkan kecintaan yang sangat kuat dan kesedihan yang sangat mendalam." (Lihat: Lisan al-'Arab pada materi alif-lam-ha dan waw-lam-ha & dalam kitab al-Mufradat fi gharib al-Qur'an pada materi yang sama)
Dan kata Allah secara umum memiliki kaitan yang sangat erat dengan kata ilah. Hanya saja ia tidak digunakan kecuali untuk Sang Pencipta dan Penguasa Alam Semesta Satu-SatuNya, ialah Allah Sang Rabbul-'Alamin. Ia adalah sebuah nama yang menunjukkan dzat ilahiyyah, sebuah nama yang mengumpulkan segala kemaha sempurnaan dan kemaha agungan mutlak tanpa ada yang menyaingi dan menandingi. Berbeda dengan kata ilah yang bisa digunakan dalam bentuk jamak. Yang menunjukkan bahwasanya memang ada banyak ilah yang dicintai oleh manusia selain Allah ta'ala. Sedangkan kata Allah tidak digunakan kecuali dalam bentuk tunggal (mufrad, dalam bahasa 'arab) satu hal yang menunjukkan disini bahwa nama ini dan Pemiliknya itu hanya satu, ialah Allah Sang Rabbul-'alamin. Begitulah akhirnya kita telah mengetahui bagaimana kaitan kata Allah dan kata ilah itu. Sehingga dua kata ini seolah-olah memberikan kita gambaran bahwa adanya hubungan kejiwaan yang dipenuhi dengan cinta. Sehingga ketika seorang mu'min mengatakan "Laa ilaha ilallah" maka sesungguhnya ia sedang mengungkapkan tautan hatinya pada sang Rabb bahwa tiada yang ia cintai selainNya, tiada yang ia takuti selainNya, dan tiada yang ia patuhi selainNya. Hatinya tidak dipenuhi oleh kehendak pada apapun kecuali kehendak yang murni pada Allah. Para 'ulama menyebutnya sebagai al-Ikhlas.
Jika demikian adanya, maka kalimat ini bukanlah kalimat mainan melainkan ini adalah kalimat yang sangat agung. Dan tiada seorangpun yang mengetahui kejujuran sang pengucapmya kecuali Allah dan sang pengsyahadat itu sendiri. Sebab ini tentang hati. Hati yang dipenuhi oleh cinta atau tidak sama sekali. Dalam kitab Madarij As-Salikin jilid ke 3 halaman ke 26, Ibn Qayyim Al-Jauziyah -rahimahullah- menjelaskan, "Sesungguhnya cinta antara seorang hamba dengan Rabbnya itu berada diatas segala cinta untuk apapun diukur. Tidak dapat dibandingkan dengan kecintaan pada apapun. Dan inilah hakikat sesungguhnya dari kalimat "Laa ilaha illallah".
Hingga masih dalam konteks yang sama beliau menjelaskan, "Jika saja masalah cinta itu dihapuskan dari kalimat "Laa ilaha illallah" maka akan hilanglah segala derajat keimanan dan keihsanan (kebaikan). Akan terhentilah segala jalan-jalan menuju Allah sebab cinta itu adalah ruh bagi setiap jalan, tangga, dan amal. Hubungan antara rasa cinta dengan amal itu sama dengan hubungan keikhlasan dengannya. Bahkan, cinta adalah hakikat dari keikhlasan yang sesungguhnya. Lebih dari itu, cinta islam adalah islan itu sendiri. Sebab islam adalah penyerahan diri yang disertai ketundukan, kecintaan, dan kepatuhan pada Allah. Maka barangsiapa yang tak memiliki rasa cinta pada Allah maka ia tidak memiliki keislaman sedikitpun. Cinta ini adalah hakikat dari kalimat syahadat bahwa tiada ilah yang berhak disembah kecuali Allah. Sebab "ilah" adalah apa yang dipatuhi oleh para hamba disertai rasa cinta dan rendah diri, rasa takut dan harap, dan sikap patuh dan patuh. Maka kesimpulannya, cinta adalah hakikat dari segala penghambaan pada Allah.
Akhukum wa Muhibbukum fillah, Muhammad Eddy
RohisKarimun08.blogspot.com | Facebook/Twitter/Instagram: @RohisKarimun & @Karimun_Akhowaat08 | Line@: @fuz2598t
Pernahkah kita mencoba memahami?
Tentu kita telah banyak mengucapkannya namun di usia kita saat ini pernahkah sekali saja kita menyempatkan waktu untuk mendalami apa sih di balik "Laa ilaha illallah" itu? Mungkin tidak. Paling jauh kita mengatakan, "Artinya kan tiada sesembahan yang berhak disembah kecuali Allah, bukankah itu?" Dan sudah! Sampai disitu saja. Sehingga wajar saja bila kisah cinta antara sang makhluk dan Sang Khaliknya tak kunjung terwujud. Maka apabila kita telah memahami demikian maka sekarang saatnya kita mendalamu apa sih dibalik "Laa ilaha illallah" itu? Bila kita perhatikan secara sekilas maka kita akan mendapati dua kata penting dari kalimat ini. Dua kata yang menjadi perputaran dari seluruh keindahan islam ini. Dua kata itu adalah Allah dan ilah. Jika ditelusuri secara bahasa, kata ilah itu bersifat qabliyah-wijdaniyah, yang artinya sebuah kata yang memiliki kaitan dan tautan yang sangat erat dengan hati. Ia adalah sebuah kata yang menggambarkan keadaan-keadaan hati seperti cinta dan benci, rindu, bahagia dan galau, dan seterusnya. Dalam ungkapan bahasa arab bila dikatakan أَلِهَ الفَصِيلُ - يَالَهُ Alihal-fashiil - ya'lahu
Makna itu berarti seekor anak unta yang meratapi dan menangisi ibunya karena rindu. Kata al-fashiil disinu bermakna seekor anak unta yang baru saja disapih oleh ibunya lalu ia dikurung dalam sebuah kandang, dan ibunya meninggalkannya untuk pergi ke ladang penggembalaan. Setelah lama menunggu maka si anak unta manis karenanya. Maka dalam kasus ini secara bahasa si ibu dari anak unta itu adalah "ilah" bagi si anak unta itu sendiri. Intinya, ilah adalah apa yang selalu dirindukan oleh hati. Yang membawa jiwa pada tingkatan ketundukan dan kepatuhan pada yang dirindu. Itulah sebabnya ada yang mengatakan bahwa kata ilah itu berakar dari kata al-walah. Apa itu al-walah? Biarkan ibn mandzur -rahimahullah- (penulis Lisan al-'Arab) menjelaskannya, "Kata al-walah bermakna sebuah kegilaan yang timbul disebabkan kecintaan yang sangat kuat dan kesedihan yang sangat mendalam." (Lihat: Lisan al-'Arab pada materi alif-lam-ha dan waw-lam-ha & dalam kitab al-Mufradat fi gharib al-Qur'an pada materi yang sama)
Dan kata Allah secara umum memiliki kaitan yang sangat erat dengan kata ilah. Hanya saja ia tidak digunakan kecuali untuk Sang Pencipta dan Penguasa Alam Semesta Satu-SatuNya, ialah Allah Sang Rabbul-'Alamin. Ia adalah sebuah nama yang menunjukkan dzat ilahiyyah, sebuah nama yang mengumpulkan segala kemaha sempurnaan dan kemaha agungan mutlak tanpa ada yang menyaingi dan menandingi. Berbeda dengan kata ilah yang bisa digunakan dalam bentuk jamak. Yang menunjukkan bahwasanya memang ada banyak ilah yang dicintai oleh manusia selain Allah ta'ala. Sedangkan kata Allah tidak digunakan kecuali dalam bentuk tunggal (mufrad, dalam bahasa 'arab) satu hal yang menunjukkan disini bahwa nama ini dan Pemiliknya itu hanya satu, ialah Allah Sang Rabbul-'alamin. Begitulah akhirnya kita telah mengetahui bagaimana kaitan kata Allah dan kata ilah itu. Sehingga dua kata ini seolah-olah memberikan kita gambaran bahwa adanya hubungan kejiwaan yang dipenuhi dengan cinta. Sehingga ketika seorang mu'min mengatakan "Laa ilaha ilallah" maka sesungguhnya ia sedang mengungkapkan tautan hatinya pada sang Rabb bahwa tiada yang ia cintai selainNya, tiada yang ia takuti selainNya, dan tiada yang ia patuhi selainNya. Hatinya tidak dipenuhi oleh kehendak pada apapun kecuali kehendak yang murni pada Allah. Para 'ulama menyebutnya sebagai al-Ikhlas.
Jika demikian adanya, maka kalimat ini bukanlah kalimat mainan melainkan ini adalah kalimat yang sangat agung. Dan tiada seorangpun yang mengetahui kejujuran sang pengucapmya kecuali Allah dan sang pengsyahadat itu sendiri. Sebab ini tentang hati. Hati yang dipenuhi oleh cinta atau tidak sama sekali. Dalam kitab Madarij As-Salikin jilid ke 3 halaman ke 26, Ibn Qayyim Al-Jauziyah -rahimahullah- menjelaskan, "Sesungguhnya cinta antara seorang hamba dengan Rabbnya itu berada diatas segala cinta untuk apapun diukur. Tidak dapat dibandingkan dengan kecintaan pada apapun. Dan inilah hakikat sesungguhnya dari kalimat "Laa ilaha illallah".
Hingga masih dalam konteks yang sama beliau menjelaskan, "Jika saja masalah cinta itu dihapuskan dari kalimat "Laa ilaha illallah" maka akan hilanglah segala derajat keimanan dan keihsanan (kebaikan). Akan terhentilah segala jalan-jalan menuju Allah sebab cinta itu adalah ruh bagi setiap jalan, tangga, dan amal. Hubungan antara rasa cinta dengan amal itu sama dengan hubungan keikhlasan dengannya. Bahkan, cinta adalah hakikat dari keikhlasan yang sesungguhnya. Lebih dari itu, cinta islam adalah islan itu sendiri. Sebab islam adalah penyerahan diri yang disertai ketundukan, kecintaan, dan kepatuhan pada Allah. Maka barangsiapa yang tak memiliki rasa cinta pada Allah maka ia tidak memiliki keislaman sedikitpun. Cinta ini adalah hakikat dari kalimat syahadat bahwa tiada ilah yang berhak disembah kecuali Allah. Sebab "ilah" adalah apa yang dipatuhi oleh para hamba disertai rasa cinta dan rendah diri, rasa takut dan harap, dan sikap patuh dan patuh. Maka kesimpulannya, cinta adalah hakikat dari segala penghambaan pada Allah.
Akhukum wa Muhibbukum fillah, Muhammad Eddy
RohisKarimun08.blogspot.com | Facebook/Twitter/Instagram: @RohisKarimun & @Karimun_Akhowaat08 | Line@: @fuz2598t
#Ramadhan22HariLagi
Seorang mukmin pasti takut akan ancaman yang terdapat dalam hadits, "Malaikat jibril mendatangiku kemudian berdo'a, "Barangsiapa yang menjumpai bulan Ramadhan namun tidak memanfaatkannya sehingga tidak diampuni oleh Allah, maka kelak dia akan masuk ke dalam neraka dan semoga Allah menjauhkan rahmat dari dirinya" maka jibril pun berkata lebih lanjut, "ucapkanlah aamiin!" maka aku pun mengaminkan." (HR. Ibnu Hibban: 907. Dinilai shahih oleh Al-Albani dalam Shahih At-Targhib: 997)
Oleh karenanya, jangan sampai kita malas memperbanyak 'amalan sholeh dibulan Ramadhan. Wallahu musta'an.
Artikel RohisKarimun08.blogspot.com | Facebook/Twitter/Instagram: @RohisKarimun & Instagram: @Karimun_Akhowaat08 | Line@: @fuz2598t
Seorang mukmin pasti takut akan ancaman yang terdapat dalam hadits, "Malaikat jibril mendatangiku kemudian berdo'a, "Barangsiapa yang menjumpai bulan Ramadhan namun tidak memanfaatkannya sehingga tidak diampuni oleh Allah, maka kelak dia akan masuk ke dalam neraka dan semoga Allah menjauhkan rahmat dari dirinya" maka jibril pun berkata lebih lanjut, "ucapkanlah aamiin!" maka aku pun mengaminkan." (HR. Ibnu Hibban: 907. Dinilai shahih oleh Al-Albani dalam Shahih At-Targhib: 997)
Oleh karenanya, jangan sampai kita malas memperbanyak 'amalan sholeh dibulan Ramadhan. Wallahu musta'an.
Artikel RohisKarimun08.blogspot.com | Facebook/Twitter/Instagram: @RohisKarimun & Instagram: @Karimun_Akhowaat08 | Line@: @fuz2598t
#Ramadhan22HariLagi
Seorang mukmin pasti takut akan ancaman yang terdapat dalam hadits, "Malaikat jibril mendatangiku kemudian berdo'a, "Barangsiapa yang menjumpai bulan Ramadhan namun tidak memanfaatkannya sehingga tidak diampuni oleh Allah, maka kelak dia akan masuk ke dalam neraka dan semoga Allah menjauhkan rahmat dari dirinya" maka jibril pun berkata lebih lanjut, "ucapkanlah aamiin!" maka aku pun mengaminkan." (HR. Ibnu Hibban: 907. Dinilai shahih oleh Al-Albani dalam Shahih At-Targhib: 997)
Oleh karenanya, jangan sampai kita malas memperbanyak 'amalan sholeh dibulan Ramadhan. Wallahu musta'an.
Artikel RohisKarimun08.blogspot.com | Facebook/Twitter/Instagram: @RohisKarimun & Instagram: @Karimun_Akhowaat08 | Line@: @fuz2598t
Seorang mukmin pasti takut akan ancaman yang terdapat dalam hadits, "Malaikat jibril mendatangiku kemudian berdo'a, "Barangsiapa yang menjumpai bulan Ramadhan namun tidak memanfaatkannya sehingga tidak diampuni oleh Allah, maka kelak dia akan masuk ke dalam neraka dan semoga Allah menjauhkan rahmat dari dirinya" maka jibril pun berkata lebih lanjut, "ucapkanlah aamiin!" maka aku pun mengaminkan." (HR. Ibnu Hibban: 907. Dinilai shahih oleh Al-Albani dalam Shahih At-Targhib: 997)
Oleh karenanya, jangan sampai kita malas memperbanyak 'amalan sholeh dibulan Ramadhan. Wallahu musta'an.
Artikel RohisKarimun08.blogspot.com | Facebook/Twitter/Instagram: @RohisKarimun & Instagram: @Karimun_Akhowaat08 | Line@: @fuz2598t
Ketahuilah, setiap hari di bulan Ramadhan pintu-pintu rahmat akan dibuka dan di setiap malam Allah akan membebaskan orang-orang dari neraka. Maka di sepanjang bulan Ramadhan akan dipenuhi rahmat, ampunan, dan pembebasan dari api neraka, tidak terbatas dalam beberapa fase seperti salah satu dari hadist lemah yang sudah tersebar luas, yakni Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda "Awal bulan ramadhan adalah rahmat, pertengahannya adalah ampunan, dan akhirnya adalah pembebasan dari neraka." (Silsilah Al-Ahadits Adh-Dha'ifah: 1569)
Artikel RohisKarimun08.blogspot.com | Facebook/Twitter/Instagram: @RohisKarimun & Instagram: @Karimun_Akhowaat08 | Line@: @fuz2598t
Sebelum penyesalan datang di akhir
Agar tidak meratapi hilangnya kesempatan beribadah di akhir bulan Ramadhan, maka persiapkanlah diri dengan baik di awal bulan ramadhan karena dia akan segera datang. Hindarilah kerugian yang akan diperoleh bagi mereka yang lalai di bulan Ramadhan. Ingatlah Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, "Sangat terhina orang yang menjumpai bulan Ramadhan dan bulan tersebut berlalu sementara dirinya tidak memperoleh ampunan." (HR. At-Tirmidzi: 3545 dari hadits Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu. Hadits ini dinilai shahih oleh al-Albani.)
Artikel RohisKarimun08.blogspot.com | Facebook/Twitter/Instagram: @RohisKarimun & @Karimun_Akhowaat08 | Line@: @fuz2598t & @yyl7010a
Bismillah, wash-shalatu was-salamu 'ala Rasulillah, amma ba'du
PERSIAPAN MENJELANG RAMADHAN
1. Memperbanyak puasa sunnah di bulan Sya'ban.
'Aisyah radhiyallahu 'anha mengatakan, "Saya tidak pernah melihat Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam lebih banyak berpuasa kecuali di bulan sya'ban." (HR. Al-Bukhori: 1969)
NANTIKAN PEMBAHASAN SELANJUTNYA IN SYAA ALLAH, DENGAN TERUS KEEP UPDATES DENGAN KARIMUN YAH :) #KeepIstiqomah Saudaraku!
Artikel RohisKarimun08.blogspot.com | Facebook/Twitter/Instagram: @RohisKarimun & @Karimun_Akhowaat08 | Line@: @fuz2598t & @yyl7010a
PERSIAPAN MENJELANG RAMADHAN
1. Memperbanyak puasa sunnah di bulan Sya'ban.
'Aisyah radhiyallahu 'anha mengatakan, "Saya tidak pernah melihat Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam lebih banyak berpuasa kecuali di bulan sya'ban." (HR. Al-Bukhori: 1969)
NANTIKAN PEMBAHASAN SELANJUTNYA IN SYAA ALLAH, DENGAN TERUS KEEP UPDATES DENGAN KARIMUN YAH :) #KeepIstiqomah Saudaraku!
Artikel RohisKarimun08.blogspot.com | Facebook/Twitter/Instagram: @RohisKarimun & @Karimun_Akhowaat08 | Line@: @fuz2598t & @yyl7010a
Saudaraku, Jangan Sampai Lupa Tuk Membaca Surah Al-Kahfi di hari jum'at yah! Apa keutamaannya?
مَن قَرَأَ سُورَةَ الكَهفِ فِى يَومِ الجُمُعَةِ أَضَاءَ لَهُ مِنَ النُّورِ مَا بَينَ الجُمُعَتَينِ
"Barangsiapa yang membaca surat Al-Kahfi pada hari Jum'at, dia akan disinari cahaya di antara dua jum'at." (HR. Baihaqi & HR. Hakim)
Silahkah di'amalkan yah! Keep Istiqomah Saudaraku! :)
Artikel RohisKarimun08.blogspot.com | Facebook/Twitter/Instagram: @RohisKarimun | Line@: @fuz2598t
مَن قَرَأَ سُورَةَ الكَهفِ فِى يَومِ الجُمُعَةِ أَضَاءَ لَهُ مِنَ النُّورِ مَا بَينَ الجُمُعَتَينِ
"Barangsiapa yang membaca surat Al-Kahfi pada hari Jum'at, dia akan disinari cahaya di antara dua jum'at." (HR. Baihaqi & HR. Hakim)
Silahkah di'amalkan yah! Keep Istiqomah Saudaraku! :)
Artikel RohisKarimun08.blogspot.com | Facebook/Twitter/Instagram: @RohisKarimun | Line@: @fuz2598t
Judul Asli:
عِشْرُوْنَ نَصِيْحَةً لِلطُّلاَّبِ فِي الْاِخْتِبَارَاتِ
Pengarang:
Syaikh Muhammad Shalih al-Munajjid
Penerjemah:
Abu Zur’ah ath-Thaybi
Sumber:
Al-Maktabah asy-Syamilah versi 10.000 Kitab
Segala puji bagi Allah. Semoga shalawat dan salam atas Rasul-Nya, keluarganya, dan para shahabatnya. Wa ba’du:
Pelajar muslim akan bertawakal kepada Allah subhanahu wa ta’ala dalam menghadapi ujian-ujian kampus dan meminta pertolongan kepada Allah subhanahu wa ta’ala disertai menempuh sebab-sebab syar’i, sebagai bentuk pengamalan hadits Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam:
«الْمُؤْمِنُ الْقَوِيُّ خَيْرٌ وَأَحَبُّ إِلَى اللَّهِ مِنْ الْمُؤْمِنِ الضَّعِيفِ وَفِي كُلٍّ خَيْرٌ احْرِصْ عَلَى مَا يَنْفَعُكَ وَاسْتَعِنْ بِاللَّهِ وَلا تَعْجَزْ»
“Mukmin yang kuat lebih baik dan lebih dicintai Allah daripada mukmin yang lemah. Masing-masing ada kebaikannya tersendiri. Bersemangatlah dalam mengerjakan apa yang bermanfaat bagimu dan mintalah pertolongan kepada Allah dan jangan lemah.” [Shahih: Shahih Muslim (no. 2664)]
Di antara sebab-sebab itu adalah:
1:: Meminta kemudahan kepada Allah dengan berdoa kepada-Nya dengan bentuk doa-doa yang disyariatkan seperti mengucapkan:
((رَبِّ اشْرَحْ لِي صَدْرِيوَيَسِّرْ لِي أَمْرِي))
“Ya Rabb-ku, lapangkanlah dadaku dan mudahkanlah urusanku.” [QS. Thaha [20]: 25-26]
2:: Mempersiapkan diri dengan tidur lebih awal, dan pergi ke tempat ujian sesuai waktunya.
3:: Membawa semua alat-alat yang diperlukan dan yang diperbolehkan seperti ballpoint, alat-alat teknik, kalkulator, dan jam. Sebab, bagusnya persiapan membantu menjawab pertanyaan.
4:: Membaca doa keluar rumah:
«بِسْمِ اللهِ، تَوَكَّلْتُ عَلَى اللهِ، وَلَا حَوْلَ وَلاَ قُوَّةَ إِلاَّ بِاللهِ»
“Bismillah, aku bertawakal kepada Allah. Tidak ada daya dan upaya kecuali atas pertolongan Allah.” [Shahih: Sunan at-Tirmidzi (no. 3426). Dinilai shahih oleh al-Albani]
«اَللَّهُمَّ إِنِّيْ أَعُوْذُ بِكَ أَنْ أَضِلَّ أَوْ أُضَلَّ أَوْ أَزِلَّ أَوْ أُزَلَّ أَوْ أَظْلَمَ أَوْ أُظْلَمَ أَوْ أَجْهَلَ أَوْ يُجْهَلَ عَلَيَّ»
“Ya Allah aku berlindung kepada-Mu dari menyesatkan atau disesatkan, dari menggelincirkan atau digelincirkan, dari menzhalimi atau dizhalimi, dari menjahili atau dijahili.” [Shahih:Sunan Abu Dawud (no. 5094) dan ini lafazhnya, Sunan an-Nasa`i (no. 5486, 5539), Sunan Ibnu Majah (no. 3884) dari Ummu Salamah. Dinilai shahih oleh al-Albani]
Jangan lupa meminta keridhaan orang tua karena doa keduanya kepadamu akan dikabulkan. [lihatal-Adab al-Mufrad lil Bukhari (no. 32) dan dinilai hasan oleh al-Albani–penj]
5:: Membaca basmalah sebelum memulai, karena membaca basmalah disyariatkan dalam memulai setiap perkara mubah karena di dalamnya ada keberkahan dan pertolongan Allah. Inilah di antara sebab datangnya taufik.
6:: Bertakwalah kepada Allah berkenaan teman-temanmu. Jangan sampai kamu menakut-nakuti dan membuat mereka cemas dalam menghadapi ujian. Menakut-nakuti merupakan penyakit berbahaya. Sebaliknya, doktrinlah mereka untuk optimis dengan ungkapan-ungkapan yang baik dan yang dibenarkan syariat. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallampernah menjadikan optimis seorang shahabat yang bernama Suhail (yang dimudahkan, nama lengkapnya Suhail bin Amr–penj) seraya bersabda:
«سَهُلَ لَكُمْ مِنْ أَمْرِكُمْ»
“Semoga urusanmu dimudahkan.”[Shahih al-Bukhari (no. 2732)]
Medengar ungkapan, “Semoga sukses! Semoga lulus!” akan menjadikannya optimis setiap kali akan mengerjakan tugasnya. Maka, Optimislah bahwa dirimu dan teman-temanmu akan mudah menghadapi ujian.
7:: Berdoa kepada Allah agar menjauhkanmu dari kegelisahan dan ketegangan. Apabila ada soal yang terasa pelik bagimu, maka berdoalah kepada Allah agar memudahkannya untukmu. Dahulu Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah رحمه الله apabila sulit memahami permasalahan beliau berdoa:
يَا مُعَلِّمَ إِبْرَاهِيْمَ عَلِّمْنِي وَيَا مُفَهِّمَ سُلَيْمَانَ فَهِّمْنِي
“Wahai Yang mengajari Ibrahim, ajarilah saya. Wahai Yang memberi pemahaman kepada Sulaiman, berilah saya pemahaman.” [`Ilamul Muwaqqi’in (IV/257, II/410) oleh Ibnul Qayyim]
8:: Pilihlah posisi duduk yang nyaman saat ujian, tegakkanlah punggungmu dengan baik, dan duduklah di atas kursi senyaman mungkin.
9:: Telaahlah soal ujian terlebih dahulu. Gunakanlah sepuluh persen dari waktu ujian untuk membaca soal dengan teliti dan mendalam, dan merinci kata-kata yang penting. Alokasikan waktu sesuai jumlah soal.
10:: Rancanglah pemecahan masalah untuk soal yang mudah dahulu, baru yang sulit. Saat membaca soal, tulislah komentar dan ide agar membantumu menjawab soal nanti.
11:: Jawablah soal menurut kadar kebutuhannya.
12:: Mulailah dengan menyelesaikan soal mudah yang kamu bisa. Setelah itu, mulai menyelesaikan soal yang sukar. Tinggalkan soal yang kamu belum bisa menjawabnya atau kamu memandang soal tersebut butuh waktu lama untuk sampai pada hasil jawabannya, atau soal yang memang telah ditentukan skornya sedikit.
13:: Pelan-pelanlah dalam menjawab soal. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
«التَّأَنِّى مِنَ اللَّهِ وَالْعَجَلَةُ مِنَ الشَّيْطَانِ»
“Pelan-pelan dari Allah dan tergesa-gesa dari setan.” [Hasan:Musnad Abu Ya’la (no. 4256),Sunan al-Kurba lil Baihaqi (no. 20767) dari Anas bin Malik. Lihat Shahihul Jami’ (no. 3011)]
14:: Pikirkanlah baik-baik jawaban untuk soal-soal pilihan ganda. Tempuhlah cara ini: Jika kamu merasa yakin jawaban itu benar, maka jangan pedulikan was-was. Jika kamu tidak yakin, maka mulailah membuang kemungkinan-kemungkinan jawaban yang salah, kemudian tentukan jawaban yang benar dengan menghilangkan keraguan. Jika kamu merasa yakin dengan suatu jawaban, maka jangan pernah merubahnya hingga benar-benar kamu yakin jawaban itu salah –kecuali jika jawaban salah mengurangi poin–. Metode ini menunjukkan bahwa jawaban benar pada umumnya kembali kepada diri masing-masing.
15:: Dalam mengerjakan ujian tulis (bukan pilihan ganda), berkonsentrasilah sebelum memulai menjawab. Tulislah kerangka soal dengan beberapa kata yang akan membantu pola pikir kamu dalam memecahkan soal tersebut.
16:: Tulislah poin penting jawaban kamu di awalnya, sebab hal inilah yang dicari korektor. Terkadang korektor tidak menemukan apa yang dia cari karena ia tersusup di ungkapan-ungkapan yang panjang lebar, sementara korektor inginnya cepat-cepat.
17:: Sisihkan sepuluh persen dari waktu ujian untuk mengecek jawabanmu. Jangan tergesa-gesa dalam mengeceknya, terkhusus lagi soal-soal hitungan dan penulisan angka. Tahan dirimu dari ketergesaan menyerahkan lembar ujian, dan jangan menggelisahkanmu sebagian peserta yang keluar lebih dini yang terkadang mereka pasrah karena tidak bisa menjawab soal.
18:: Jika telah usai ujian, kemudian kamu merasa telah keliru pada sebagian jawaban, maka ambillah buku untuk mengeceknya karena bisa menambah ilmu dan untuk menghadapi ujian lain kali, serta sebagai pelajaran agar kamu tidak lagi tergesa-gesa dalam menjawab soal.
Pasrahlah pada takdir Allah dan jangan menjadi korban frustasi dan pesimis. Ingatlah hadits Nabishallallahu ‘alaihi wa sallam:
«وَإِنْ أَصَابَكَ شَيْءٌ فَلا تَقُلْ لَوْ أَنِّي فَعَلْتُ كَانَ كَذَا وَكَذَا، وَلَكِنْ قُلْ قَدَرُ اللَّهِ وَمَا شَاءَ فَعَلَ، فَإِنَّ لَوْ تَفْتَحُ عَمَلَ الشَّيْطَانِ»
“Dan jika sesuatu menimpamu, maka jangan katakan, ‘Seandainya saya melakukan ini dan ini, tentu akan begini.’ Namun, katakan, ‘Takdir Allah dan apa yang Dia kehendaki pasti terjadi,’ karena ‘seandainya’ bisa membuka tipu daya setan.”[Shahih Muslim (no. 2664)]
19:: Ketahuilah! Haram bermain curang, baik pada materi bahasa asing dan yang lainnya. Sungguh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallambersabda:
«مَنْ غَشَّ فَلَيْسَ مِنَّا»
“Barangsiapa yang curang, maka dia bukan termasuk golongan kami.” [Shahih: Sunan at-Tirmidzi(no. 1315). Dinilai hasan shahih oleh at-Tirmidzi dan dinilai shahih oleh al-Albani]
Bermain curang merupakan bentuk kezhaliman dan jalan haram untuk mendapatkan apa yang bukan menjadi hak kamu berupa nilai tinggi, dilihat manusia, dan selainnya. Sebab, bersepakat dalam kecurangan merupakan tolong-menolong dalam dosa dan permusuhan [Lihat QS. Al-Ma’idah [5]: 2–penj]
Tahanlah dirimu dari perkara haram, maka Allah akan mencukupi kamu dengan sebagian karunia-Nya. Tolaklah setiap wasilah dan sontekan yang datang kepadamu dari temanmu. Barangsiapa yang meninggalkan sesuatu karena Allah, maka Allah akan menggantinya dengan yang lebih baik dari itu.
Hendaklah kamu mengingkari kemungkaran dan menentangnya. Bila perlu, laporkan apa yang kamu lihat sewaktu ujian baik sesudah dan setelahnya, dan ini bukanlah namimah yang terlarang, bahkan termasuk mengingkari kemungkaran yang wajib.
Nasehatilah orang-orang yang melakukan jual-beli jawaban atau yang mempublikasikannya, atau yang menyebarkannya lewat internet dan semacamnya, serta orang-orang yang menyiapkan kertas sontekan. Katakan kepada mereka agar bertakwa kepada Allah dan kabarkan kepada mereka akibat buruk perbuatan mereka itu.
Waktu yang mereka habiskan untuk menyiapkan kecurangan yang haram ini, seandainya mereka gunakan untuk mengulang pelajaran dan berlatih mengerjakan soal-soal tempo dulu, serta tolong-menolong dalam berbagi pemahaman sebelum ujian, tentu hal ini lebih baik bagi mereka dan lebih kokoh daripada bersepakat dalam hal yang haram.
20:: Ingat-ingatlah apa yang telah kamu siapkan untuk menghadapi akhirat dan pertanyaan ujian di alam kubur serta jalan-jalan keselamatan di Yaumul Ma’ad
.
((فَمَنْ زُحْزِحَ عَنِ النَّارِ وَأُدْخِلَ الْجَنَّةَ فَقَدْ فَازَ))
“Maka, barangsiapa yang dijauhkan dari neraka dan dimasukkan surga, maka dialah orang yang beruntung.”[QS. Ali Imran [3]: 185]
Kita memohon kepada Allahsubhanahu wa ta’ala untuk menjadikan kita termasuk orang-orang yang sukses dan beruntung di dunia, sekaligus sukses dan beruntung di akhirat. Sesungguhnya Dia Maha Mendengar dan Maha Mengabulkan.
~ Syaikh Muhammad Shalih al-Munajjid
Note: Perlu diketahui bahwa Syaikh al-Muanjjid adalah murid Syaikh Bin Baz -mujaddin dan ulama abad ini- dan salah satu murid beliau yang mendapat rekomendasi untuk mengajar. Beliau lulusan sarjana perminyakan. Maka kalkulator, komputer, alat ukur, dan perhitungan bukan hal yang asing bagi beliau. Maka, di kutaib ini terkesan nasehat beliau ditujukan kepada mahasiswa teknik. Namun, bisa juga dimanfaatkan oleh selainnya.
Kemudian, yang saya lakukan di kutaib ini selain menterjemahkan adalah mentakhrij ayat, hadits, dan ucapannya Syaikhul Islam sebatas yang sama bisa karena dalam naskah aslinya tidak dicantumkan.
Saya mengalami kesulitan dalam menerjemahkan poin ke-14. Saya tidak bisa kecuali dengan terjemahan bebas. Maka, harap dimaklumi.
Saya berusaha maksimal dalam menjaga amanah ide penulis semampu saya. Namun, keluputan adalah watak manusia. Maka, saya memohon ampun kepada Allah jika menyalahi amanah penulis dan memohonkan ampun untuk penulis kutaib ini dan seluruh mahasiswa yang senang dengan nasehat.
Artikel RohisKarimun08.blogspot.com | Facebook/Twitter/Instagram: @RohisKarimun | Line@: @fuz2598t
عِشْرُوْنَ نَصِيْحَةً لِلطُّلاَّبِ فِي الْاِخْتِبَارَاتِ
Pengarang:
Syaikh Muhammad Shalih al-Munajjid
Penerjemah:
Abu Zur’ah ath-Thaybi
Sumber:
Al-Maktabah asy-Syamilah versi 10.000 Kitab
Segala puji bagi Allah. Semoga shalawat dan salam atas Rasul-Nya, keluarganya, dan para shahabatnya. Wa ba’du:
Pelajar muslim akan bertawakal kepada Allah subhanahu wa ta’ala dalam menghadapi ujian-ujian kampus dan meminta pertolongan kepada Allah subhanahu wa ta’ala disertai menempuh sebab-sebab syar’i, sebagai bentuk pengamalan hadits Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam:
«الْمُؤْمِنُ الْقَوِيُّ خَيْرٌ وَأَحَبُّ إِلَى اللَّهِ مِنْ الْمُؤْمِنِ الضَّعِيفِ وَفِي كُلٍّ خَيْرٌ احْرِصْ عَلَى مَا يَنْفَعُكَ وَاسْتَعِنْ بِاللَّهِ وَلا تَعْجَزْ»
“Mukmin yang kuat lebih baik dan lebih dicintai Allah daripada mukmin yang lemah. Masing-masing ada kebaikannya tersendiri. Bersemangatlah dalam mengerjakan apa yang bermanfaat bagimu dan mintalah pertolongan kepada Allah dan jangan lemah.” [Shahih: Shahih Muslim (no. 2664)]
Di antara sebab-sebab itu adalah:
1:: Meminta kemudahan kepada Allah dengan berdoa kepada-Nya dengan bentuk doa-doa yang disyariatkan seperti mengucapkan:
((رَبِّ اشْرَحْ لِي صَدْرِيوَيَسِّرْ لِي أَمْرِي))
“Ya Rabb-ku, lapangkanlah dadaku dan mudahkanlah urusanku.” [QS. Thaha [20]: 25-26]
2:: Mempersiapkan diri dengan tidur lebih awal, dan pergi ke tempat ujian sesuai waktunya.
3:: Membawa semua alat-alat yang diperlukan dan yang diperbolehkan seperti ballpoint, alat-alat teknik, kalkulator, dan jam. Sebab, bagusnya persiapan membantu menjawab pertanyaan.
4:: Membaca doa keluar rumah:
«بِسْمِ اللهِ، تَوَكَّلْتُ عَلَى اللهِ، وَلَا حَوْلَ وَلاَ قُوَّةَ إِلاَّ بِاللهِ»
“Bismillah, aku bertawakal kepada Allah. Tidak ada daya dan upaya kecuali atas pertolongan Allah.” [Shahih: Sunan at-Tirmidzi (no. 3426). Dinilai shahih oleh al-Albani]
«اَللَّهُمَّ إِنِّيْ أَعُوْذُ بِكَ أَنْ أَضِلَّ أَوْ أُضَلَّ أَوْ أَزِلَّ أَوْ أُزَلَّ أَوْ أَظْلَمَ أَوْ أُظْلَمَ أَوْ أَجْهَلَ أَوْ يُجْهَلَ عَلَيَّ»
“Ya Allah aku berlindung kepada-Mu dari menyesatkan atau disesatkan, dari menggelincirkan atau digelincirkan, dari menzhalimi atau dizhalimi, dari menjahili atau dijahili.” [Shahih:Sunan Abu Dawud (no. 5094) dan ini lafazhnya, Sunan an-Nasa`i (no. 5486, 5539), Sunan Ibnu Majah (no. 3884) dari Ummu Salamah. Dinilai shahih oleh al-Albani]
Jangan lupa meminta keridhaan orang tua karena doa keduanya kepadamu akan dikabulkan. [lihatal-Adab al-Mufrad lil Bukhari (no. 32) dan dinilai hasan oleh al-Albani–penj]
5:: Membaca basmalah sebelum memulai, karena membaca basmalah disyariatkan dalam memulai setiap perkara mubah karena di dalamnya ada keberkahan dan pertolongan Allah. Inilah di antara sebab datangnya taufik.
6:: Bertakwalah kepada Allah berkenaan teman-temanmu. Jangan sampai kamu menakut-nakuti dan membuat mereka cemas dalam menghadapi ujian. Menakut-nakuti merupakan penyakit berbahaya. Sebaliknya, doktrinlah mereka untuk optimis dengan ungkapan-ungkapan yang baik dan yang dibenarkan syariat. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallampernah menjadikan optimis seorang shahabat yang bernama Suhail (yang dimudahkan, nama lengkapnya Suhail bin Amr–penj) seraya bersabda:
«سَهُلَ لَكُمْ مِنْ أَمْرِكُمْ»
“Semoga urusanmu dimudahkan.”[Shahih al-Bukhari (no. 2732)]
Medengar ungkapan, “Semoga sukses! Semoga lulus!” akan menjadikannya optimis setiap kali akan mengerjakan tugasnya. Maka, Optimislah bahwa dirimu dan teman-temanmu akan mudah menghadapi ujian.
7:: Berdoa kepada Allah agar menjauhkanmu dari kegelisahan dan ketegangan. Apabila ada soal yang terasa pelik bagimu, maka berdoalah kepada Allah agar memudahkannya untukmu. Dahulu Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah رحمه الله apabila sulit memahami permasalahan beliau berdoa:
يَا مُعَلِّمَ إِبْرَاهِيْمَ عَلِّمْنِي وَيَا مُفَهِّمَ سُلَيْمَانَ فَهِّمْنِي
“Wahai Yang mengajari Ibrahim, ajarilah saya. Wahai Yang memberi pemahaman kepada Sulaiman, berilah saya pemahaman.” [`Ilamul Muwaqqi’in (IV/257, II/410) oleh Ibnul Qayyim]
8:: Pilihlah posisi duduk yang nyaman saat ujian, tegakkanlah punggungmu dengan baik, dan duduklah di atas kursi senyaman mungkin.
9:: Telaahlah soal ujian terlebih dahulu. Gunakanlah sepuluh persen dari waktu ujian untuk membaca soal dengan teliti dan mendalam, dan merinci kata-kata yang penting. Alokasikan waktu sesuai jumlah soal.
10:: Rancanglah pemecahan masalah untuk soal yang mudah dahulu, baru yang sulit. Saat membaca soal, tulislah komentar dan ide agar membantumu menjawab soal nanti.
11:: Jawablah soal menurut kadar kebutuhannya.
12:: Mulailah dengan menyelesaikan soal mudah yang kamu bisa. Setelah itu, mulai menyelesaikan soal yang sukar. Tinggalkan soal yang kamu belum bisa menjawabnya atau kamu memandang soal tersebut butuh waktu lama untuk sampai pada hasil jawabannya, atau soal yang memang telah ditentukan skornya sedikit.
13:: Pelan-pelanlah dalam menjawab soal. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
«التَّأَنِّى مِنَ اللَّهِ وَالْعَجَلَةُ مِنَ الشَّيْطَانِ»
“Pelan-pelan dari Allah dan tergesa-gesa dari setan.” [Hasan:Musnad Abu Ya’la (no. 4256),Sunan al-Kurba lil Baihaqi (no. 20767) dari Anas bin Malik. Lihat Shahihul Jami’ (no. 3011)]
14:: Pikirkanlah baik-baik jawaban untuk soal-soal pilihan ganda. Tempuhlah cara ini: Jika kamu merasa yakin jawaban itu benar, maka jangan pedulikan was-was. Jika kamu tidak yakin, maka mulailah membuang kemungkinan-kemungkinan jawaban yang salah, kemudian tentukan jawaban yang benar dengan menghilangkan keraguan. Jika kamu merasa yakin dengan suatu jawaban, maka jangan pernah merubahnya hingga benar-benar kamu yakin jawaban itu salah –kecuali jika jawaban salah mengurangi poin–. Metode ini menunjukkan bahwa jawaban benar pada umumnya kembali kepada diri masing-masing.
15:: Dalam mengerjakan ujian tulis (bukan pilihan ganda), berkonsentrasilah sebelum memulai menjawab. Tulislah kerangka soal dengan beberapa kata yang akan membantu pola pikir kamu dalam memecahkan soal tersebut.
16:: Tulislah poin penting jawaban kamu di awalnya, sebab hal inilah yang dicari korektor. Terkadang korektor tidak menemukan apa yang dia cari karena ia tersusup di ungkapan-ungkapan yang panjang lebar, sementara korektor inginnya cepat-cepat.
17:: Sisihkan sepuluh persen dari waktu ujian untuk mengecek jawabanmu. Jangan tergesa-gesa dalam mengeceknya, terkhusus lagi soal-soal hitungan dan penulisan angka. Tahan dirimu dari ketergesaan menyerahkan lembar ujian, dan jangan menggelisahkanmu sebagian peserta yang keluar lebih dini yang terkadang mereka pasrah karena tidak bisa menjawab soal.
18:: Jika telah usai ujian, kemudian kamu merasa telah keliru pada sebagian jawaban, maka ambillah buku untuk mengeceknya karena bisa menambah ilmu dan untuk menghadapi ujian lain kali, serta sebagai pelajaran agar kamu tidak lagi tergesa-gesa dalam menjawab soal.
Pasrahlah pada takdir Allah dan jangan menjadi korban frustasi dan pesimis. Ingatlah hadits Nabishallallahu ‘alaihi wa sallam:
«وَإِنْ أَصَابَكَ شَيْءٌ فَلا تَقُلْ لَوْ أَنِّي فَعَلْتُ كَانَ كَذَا وَكَذَا، وَلَكِنْ قُلْ قَدَرُ اللَّهِ وَمَا شَاءَ فَعَلَ، فَإِنَّ لَوْ تَفْتَحُ عَمَلَ الشَّيْطَانِ»
“Dan jika sesuatu menimpamu, maka jangan katakan, ‘Seandainya saya melakukan ini dan ini, tentu akan begini.’ Namun, katakan, ‘Takdir Allah dan apa yang Dia kehendaki pasti terjadi,’ karena ‘seandainya’ bisa membuka tipu daya setan.”[Shahih Muslim (no. 2664)]
19:: Ketahuilah! Haram bermain curang, baik pada materi bahasa asing dan yang lainnya. Sungguh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallambersabda:
«مَنْ غَشَّ فَلَيْسَ مِنَّا»
“Barangsiapa yang curang, maka dia bukan termasuk golongan kami.” [Shahih: Sunan at-Tirmidzi(no. 1315). Dinilai hasan shahih oleh at-Tirmidzi dan dinilai shahih oleh al-Albani]
Bermain curang merupakan bentuk kezhaliman dan jalan haram untuk mendapatkan apa yang bukan menjadi hak kamu berupa nilai tinggi, dilihat manusia, dan selainnya. Sebab, bersepakat dalam kecurangan merupakan tolong-menolong dalam dosa dan permusuhan [Lihat QS. Al-Ma’idah [5]: 2–penj]
Tahanlah dirimu dari perkara haram, maka Allah akan mencukupi kamu dengan sebagian karunia-Nya. Tolaklah setiap wasilah dan sontekan yang datang kepadamu dari temanmu. Barangsiapa yang meninggalkan sesuatu karena Allah, maka Allah akan menggantinya dengan yang lebih baik dari itu.
Hendaklah kamu mengingkari kemungkaran dan menentangnya. Bila perlu, laporkan apa yang kamu lihat sewaktu ujian baik sesudah dan setelahnya, dan ini bukanlah namimah yang terlarang, bahkan termasuk mengingkari kemungkaran yang wajib.
Nasehatilah orang-orang yang melakukan jual-beli jawaban atau yang mempublikasikannya, atau yang menyebarkannya lewat internet dan semacamnya, serta orang-orang yang menyiapkan kertas sontekan. Katakan kepada mereka agar bertakwa kepada Allah dan kabarkan kepada mereka akibat buruk perbuatan mereka itu.
Waktu yang mereka habiskan untuk menyiapkan kecurangan yang haram ini, seandainya mereka gunakan untuk mengulang pelajaran dan berlatih mengerjakan soal-soal tempo dulu, serta tolong-menolong dalam berbagi pemahaman sebelum ujian, tentu hal ini lebih baik bagi mereka dan lebih kokoh daripada bersepakat dalam hal yang haram.
20:: Ingat-ingatlah apa yang telah kamu siapkan untuk menghadapi akhirat dan pertanyaan ujian di alam kubur serta jalan-jalan keselamatan di Yaumul Ma’ad
.
((فَمَنْ زُحْزِحَ عَنِ النَّارِ وَأُدْخِلَ الْجَنَّةَ فَقَدْ فَازَ))
“Maka, barangsiapa yang dijauhkan dari neraka dan dimasukkan surga, maka dialah orang yang beruntung.”[QS. Ali Imran [3]: 185]
Kita memohon kepada Allahsubhanahu wa ta’ala untuk menjadikan kita termasuk orang-orang yang sukses dan beruntung di dunia, sekaligus sukses dan beruntung di akhirat. Sesungguhnya Dia Maha Mendengar dan Maha Mengabulkan.
~ Syaikh Muhammad Shalih al-Munajjid
Note: Perlu diketahui bahwa Syaikh al-Muanjjid adalah murid Syaikh Bin Baz -mujaddin dan ulama abad ini- dan salah satu murid beliau yang mendapat rekomendasi untuk mengajar. Beliau lulusan sarjana perminyakan. Maka kalkulator, komputer, alat ukur, dan perhitungan bukan hal yang asing bagi beliau. Maka, di kutaib ini terkesan nasehat beliau ditujukan kepada mahasiswa teknik. Namun, bisa juga dimanfaatkan oleh selainnya.
Kemudian, yang saya lakukan di kutaib ini selain menterjemahkan adalah mentakhrij ayat, hadits, dan ucapannya Syaikhul Islam sebatas yang sama bisa karena dalam naskah aslinya tidak dicantumkan.
Saya mengalami kesulitan dalam menerjemahkan poin ke-14. Saya tidak bisa kecuali dengan terjemahan bebas. Maka, harap dimaklumi.
Saya berusaha maksimal dalam menjaga amanah ide penulis semampu saya. Namun, keluputan adalah watak manusia. Maka, saya memohon ampun kepada Allah jika menyalahi amanah penulis dan memohonkan ampun untuk penulis kutaib ini dan seluruh mahasiswa yang senang dengan nasehat.
Artikel RohisKarimun08.blogspot.com | Facebook/Twitter/Instagram: @RohisKarimun | Line@: @fuz2598t
Bismillah, wash-shalatu was-salamu 'ala Rosulillah, amma ba'du.
Ujian Nasional! Ada banyak pemuda-pemuda yang jika UN sudah mendekat. Mereka pun bertaubat. Mereka berubah 360 derajat. Mereka setiba saja menjadi sholeh/sholehah. Ada yang sibuk tahajjud, bernadzar, dsb. Bahkan ada yang berlebihan dan telah merusak aqidah mereka sendiri seperti Pergi ke dukun-dukun, Melakukan suatu ritual pada pensil yang akan dipakai saat UN berlangsung, dll. Na'udzubillah min dzalik. Semoga Hidayah-Nya diberikan dan diteguhkan pada mereka dan begitupun kita semua sampai maut menjemput. Aamiin.
Yah.. Detik-detik yang begitu akan menegangkan. Yang akan menentukan nasib dari semua harapan kedua orangtua maupun pribadi masing-masing. Kegagalan dan Keberhasilan dari seseorang akan terbukti setelah dia menjalani sebuah ujian. Sebagai seorang muslim, mu'min. Alangkah eloknya jika kita melakukan segala hal sesuai syari'at islam. Seperti yang telah kita ketahui, syari'at islam itu adalah syari'at yang paripurna, dimana mencakup seluruh permasalahan ummat. Yah, kita adalah muslim. Dan seorang muslim sudah seharusnya beradab dan berakhlak! Beradab dalam segala hal! Para 'ulama begitu mendahulukan adab sebelum 'ilmu. Kenapa sampai mereka mendahulukan adab? Sebagaimana Yusuf bin Al-Husain berkata, "Dengan mempelajari adab, maka engkau jadi mudah memahami 'ilmu." Adapun seperti yang telah dikutip oleh Ibnul Qoyyim Rohimahullah dalam Hidayatul-Hiyari hal.99 "Suatu ketika ada orang kafir yang berkata kepada Salman dengan nada yang mengejek: "Hai Salman, benarkah Nabimu mengajarimu semua hal sampai dalam hal masalah buang air?" Salman lantas menjawab dengan nada yang penuh bangga: "Iya, betul. Beliau mengajari kami semua hal sampai dalam masalah buang air." Maka dari itu, baiklah mari kita simak baik-baik beberapa adab yang perlu diketahui dan di'amalkan untuk menghadapi UN, diantaranya,
1. Berbekal Takwa dan Berusaha dengan tekad yang kuat dalam belajar dengan kesabaran yang tidak berbatas dibarengi dengan TAWAKKAL!
Inilah poin utama yang harus dilakukan untuk mencapai kesuksesan! Jika kita melakukannya maka In Syaa Allah kita akan meraih hasil sesuai harapan. Akan tetapi, kesuksesan tidaklah serta merta turun dari langit. Perubahan hanya dapat terjadi jika seseorang tersebut berusaha untuk berubah terlebih dahulu. Ingatlah, Allah subhanahu wa ta'ala berfirman
ان الله لا يغير ما بقوم حتى يغيروا ما بانفسهم
Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum sebelum mereka mengubah keadaan diri mereka sendiri. (Q.S Ar-Ra'd[13] : 11)
Hijrahlah saudarku! berbekallah dengan takwa dan istiqomah-lah secara kaffah. Kupu-kupu saja berhijrah dari kepompong menjadi makhluk yang indah. Maa syaa Allah. Tahukah engkau akan keutamaannya?
ومن يتق الله يجعل له مخرجا
Barangsiapa bertakwa kepada Allah, niscaya Dia akan membukakan jalan keluar baginya. (QS. Ath-Tholaq[65]: 2)
Sebenarnya takwa (Melaksanakan Segala Perintah-Nya dan Menjauhi Segala Larangan-Nya) bukan hanya termasuk Adab Menghadapi UN. TAKWA ITU PENTING BAIK DI UN MAUPUN DILUAR UN, SAUDARAKU!
MUHASABAHLAH! PERBAIKILAH DIRI KITA! ISTIQOMAH LAH DALAM KETAKWAAN. Cobalah! Kejarlah Janji-Nya! Jangan pernah berputus asa dari rahmat-Nya. Jangan pernah ada keraguan sedikitpun kepada-Nya! Berusaha keraslah dalam belajar! Jangan sistem kebut semalam. Pastilah hasil maksimal takkan didapatkan. Alangkah baiknya berusaha keraslah belajar jauh-jauh hari. Niscaya kita akan meraih hasil yang sesuai harapan In Syaa Allah. Namun, Jangan terlalu berbangga diri dengan usahamu yang hebat. Sehingga tidak membutuhkan pertolongan-Nya? Na'udzubillah min dzalik. Jangan cuma bersandar terhadap usaha kita sendiri, karena hakikatnya segala sesuatu itu ada di bawah kehendak Yang Maha Kuasa Atas Segala Sesuatu! Tawakkal-lah saudaraku! Bukankah sudah menjadi janji-Nya, bahwasanya jika kita bertawakkal kepada-Nya maka kita akan diberi kecukupan untuk keperluan kita masing-masing? Karena jika sebaliknya, kemungkinan kita akan diuji dengan kegagalan. Na'udzubillah min dzalik. Sebagaimana firman-Nya
و من يتوكل على الله فهو حسبه
Dan barangsiapa bertawakkal kepada Allah, niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya. (Q.S. Ath-Tholaq[65]: 3)
Apa itu Tawakkal? Ibnu Rojab Al Hanbali mengatakan, “Tawakkal adalah bersandarnya hati dengan sebenarnya kepada Allah Ta’ala dalam memperoleh kemashlahatan dan menolak bahaya, baik urusan dunia maupun akhirat secara keseluruhan.” (baca: pengertian tawakkal diambil dari https://muslim.or.id/30-tawakkal.html)
Sudahkah sampai kepadamu kisah tentang keinginan seorang nabi yang tidak dilandaskan dengan tawakkal 'alallah? Nabi shollallahu 'alaihi wa sallam bersabda "Sulaiman bin Daud 'alaihis-salam pernah berkata, 'Sungguh, saya akan menggilir seratus istri saya pada malam ini. Semuanya akan melahirkan anak yang ahli berkuda yang akan berjuang di jalan Allah.' Lalu temannya berkata kepadanya 'Katakanlah, In Syaa Allah,' tetapi Nabi Sulaiman tidak mengatakan 'In Syaa Allah'. Ternyata dari semua istrinya tersebut yang hamil hanya seorang istrinya saja, itupun hanya melahirkan separuh anak (anak cacat). Demi Dzat Yang Menguasai Jiwaku, seandainya Nabi Sulaiman mengucapkan 'In Syaa Allah, pastilah mereka semua akan berjuang di jalan Allah sebagai pasukan berkuda. (HR Bukhari & Muslim)
Siapakah dia jika dibandingkan dengan kita? Beliau adalah seorang Nabi dan kita hanyalah manusia biasa. Namun hanya karena disebabkan oleh tidak berlandaskannya Tawakkal 'alallah maka kegagalan pun menimpa bahkan pada seorang nabi. Lalu bagaimana dengan kita yang hanya seorang manusia biasa? Tawakkal-lah!
2. Perbanyak Do'a Dan Juga Istigfar!
Saudaraku, jika saja kita bertamu ke rumah seseorang lalu kita mengetuk pintunya berkali-kali. Semakin sering kita mengetuknya maka akan semakin besar pula peluang kita agar dibukakan pintu tersebut. Begitupun dalam berdo'a.
Apalagi di waktu-waktu tertentu yang mustajab dikabulkannya do'a. Seperti do'a di akhir sepertiga malam, saat hujan, di hari jum'at, antara adzan dan iqomah, dll. Adapun istigfar yang waktu mustajabnya itu di sepertiga malam akhir atau sering disebut pada saat sahur. Kenapa mesti do'a? Karena apalah daya diri kita ini? Bukankah do'a adalah 'ibadah dan jika seseorang tidak berdo'a maka dia termasuk orang-orang yang sombong dan dibalas dengan neraka Jahannam? sebagaimana yang disebutkan dalam Q.S Ghafir[24]: 60
وقال ربكم ادعوني استجب لك. ان الذين يستكبرون عن عبادتي سيد خلون جهنم داخرين
Dan Tuhanmu berfirman, "Berdo'alah kepada-Ku, niscaya akan Aku perkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang sombong tidak mau menyembah-Ku akan masuk neraka Jahannam dalam keadaan hina dina."
Hentikanlah saudaraku! Berhentilah bersikap sombong, apa balasannya? Neraka? Waduh! Na'udzubillah min dzalik. Sungguh, kita semua membutuhkan pertolongan-Nya dan Hanya Dialah Dzat Yang Maha Berkuasa Atas Segala Sesuatu. Berdo'alah, bisa do'a didalam (QS. Thaha[20]: 25-26)
Lalu ada apa dengan istigfar? Keutamaan istigfar sungguh begitu menakjubkan sebagaimana suatu hadits berbunyi "Barangsiapa memperbanyak istigfar; niscaya Allah akan memberikan jalan keluar bagi setiap kesedihannya, kelapangan untuk setiap kesempitannya, dan rezki dari arah yang tidak disangka-sangka." (HR. Ahmad dari dari Ibnu Abbas rodhiyallahu 'anhu dan sanadnya dinilai shahih oleh al-Hakim dan Ahmad Syakir)
"Ada masalah yang buntu bagiku, kemudian aku beristigfar kira-kira seratus kali. Kemudian Allah membukakan jalan keluarnya." ~ Ibnu Taimiyah
Dan juga ketahuilah, salah satu hal yang termasuk balasan, 'adzab, atau bahkan dampak buruk dari dosa dan segala ma'siat yang kita lakukan yakni sumber utama dari kegagalan.
وما كان الله معذ بهم وهم يستغفرون
Dan tidaklah (pula) Allah akan menghukum mereka, sedang mereka (masih) memohon ampunan. (QS. Al-Anfal[8]: 33)
وجزاء سيئة سيئة مثلها
Dan balasan suatu kejahatan adalah kejahatan yang setimpal. (QS. Asy-Syuro[42]: 40)
'Amalkanlah saudaraku! Agar kita terhindar darinya!! Istigfarlah! Teruslah istiqomah! Jangan putus asa beristigfar! Semoga Allah memberi ampunan serta memberikan kita apa yang kita harapkan. Aamiin
3. Jauhi Ritual-Ritual Sesat, Hal-Hal Yang Menyimpang Dari Syari'at Tanpa Sesuai Sunnah (Bid'ah), dan Andalkanlah Kejujuran Serta Hindari Kecurangan (Tipuan)
Saudaraku, muhasabahlah! Koreksilah diri kita setiap waktu. Disaat kita sebelum melakukan, sedang melakukan, dan sesudah melakukan suatu 'amalan. Mungkin ada diantara kita apalagi yang akan menghadapi UN pergi ke dukun, menaruh kertas bertuliskan dzikir dalam air lalu diminum begitu saja, dan melakukan ritual-ritual yang sesat lainnya.
Perlu kita semua pahami dan sadari bahwasanya apapun pelanggaran yang kita lakukan dalam ujian, baik itu mencontek, data yang dipalsukan, plagiat, dsb. Semuanya termasuk penipuan, dosa besar, dan hukumnya haram!!!
Dari Abu Huroiroh rodhiyallahu 'anhu, Nabi shollallahu 'alaihi wa sallam bersabda,
من غشنا فليس منا
Barangsiapa yang menipu kami maka dia bukan termasuk golongan kami (HR. Muslim [No 101])
Bukan termasuk golongan kami? Bijaklah saudaraku! Cermati baik-baik apa maksudnya. INGAT! JANGAN SEKALI-KALI MENGANGGAP REMEH SUATU PERBUATAN DOSA! APAKAH KITA DIBIARKAN SAJA TANPA MENDAPATKAN BALASAN ATAU 'ADZAB ATAS SUATU PERBUATAN DOSA MA'SIAT YANG KITA LAKUKAN?
Jangan sekali-kali kamu mengira bahwa orang yang gembira dengan apa yang telah mereka kerjakan dan mereka suka dipuji atas perbuatan yang tidak mereka lakukan, jangan sekali-kali kamu mengira bahwa mereka akan lolos dari 'azab. Mereka akan mendapat 'azab yang pedih. (QS. Ali-Imron[3]: 188)
Selamat berjuang saudaraku! Silahkan di'amalkan! Barokallahu fiikum wa fiina. Selamat menempuh UN, semoga diberkahi oleh Allah subhanahu wa ta'ala dan kesuksesan menyertai kita semua. Aamiin.
Semoga bermanfaat :) Telah disusun pada 11 Rajab 1438 H, Sabtu, 8 April 2016.
#KeepIstiqomah Saudaraku! :)
Artikel RohisKarimun08.blogspot.com | Facebook/Twitter/Instagram: @RohisKarimun | Line@: @fuz2598t
Ujian Nasional! Ada banyak pemuda-pemuda yang jika UN sudah mendekat. Mereka pun bertaubat. Mereka berubah 360 derajat. Mereka setiba saja menjadi sholeh/sholehah. Ada yang sibuk tahajjud, bernadzar, dsb. Bahkan ada yang berlebihan dan telah merusak aqidah mereka sendiri seperti Pergi ke dukun-dukun, Melakukan suatu ritual pada pensil yang akan dipakai saat UN berlangsung, dll. Na'udzubillah min dzalik. Semoga Hidayah-Nya diberikan dan diteguhkan pada mereka dan begitupun kita semua sampai maut menjemput. Aamiin.
Yah.. Detik-detik yang begitu akan menegangkan. Yang akan menentukan nasib dari semua harapan kedua orangtua maupun pribadi masing-masing. Kegagalan dan Keberhasilan dari seseorang akan terbukti setelah dia menjalani sebuah ujian. Sebagai seorang muslim, mu'min. Alangkah eloknya jika kita melakukan segala hal sesuai syari'at islam. Seperti yang telah kita ketahui, syari'at islam itu adalah syari'at yang paripurna, dimana mencakup seluruh permasalahan ummat. Yah, kita adalah muslim. Dan seorang muslim sudah seharusnya beradab dan berakhlak! Beradab dalam segala hal! Para 'ulama begitu mendahulukan adab sebelum 'ilmu. Kenapa sampai mereka mendahulukan adab? Sebagaimana Yusuf bin Al-Husain berkata, "Dengan mempelajari adab, maka engkau jadi mudah memahami 'ilmu." Adapun seperti yang telah dikutip oleh Ibnul Qoyyim Rohimahullah dalam Hidayatul-Hiyari hal.99 "Suatu ketika ada orang kafir yang berkata kepada Salman dengan nada yang mengejek: "Hai Salman, benarkah Nabimu mengajarimu semua hal sampai dalam hal masalah buang air?" Salman lantas menjawab dengan nada yang penuh bangga: "Iya, betul. Beliau mengajari kami semua hal sampai dalam masalah buang air." Maka dari itu, baiklah mari kita simak baik-baik beberapa adab yang perlu diketahui dan di'amalkan untuk menghadapi UN, diantaranya,
1. Berbekal Takwa dan Berusaha dengan tekad yang kuat dalam belajar dengan kesabaran yang tidak berbatas dibarengi dengan TAWAKKAL!
Inilah poin utama yang harus dilakukan untuk mencapai kesuksesan! Jika kita melakukannya maka In Syaa Allah kita akan meraih hasil sesuai harapan. Akan tetapi, kesuksesan tidaklah serta merta turun dari langit. Perubahan hanya dapat terjadi jika seseorang tersebut berusaha untuk berubah terlebih dahulu. Ingatlah, Allah subhanahu wa ta'ala berfirman
ان الله لا يغير ما بقوم حتى يغيروا ما بانفسهم
Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum sebelum mereka mengubah keadaan diri mereka sendiri. (Q.S Ar-Ra'd[13] : 11)
Hijrahlah saudarku! berbekallah dengan takwa dan istiqomah-lah secara kaffah. Kupu-kupu saja berhijrah dari kepompong menjadi makhluk yang indah. Maa syaa Allah. Tahukah engkau akan keutamaannya?
ومن يتق الله يجعل له مخرجا
Barangsiapa bertakwa kepada Allah, niscaya Dia akan membukakan jalan keluar baginya. (QS. Ath-Tholaq[65]: 2)
Sebenarnya takwa (Melaksanakan Segala Perintah-Nya dan Menjauhi Segala Larangan-Nya) bukan hanya termasuk Adab Menghadapi UN. TAKWA ITU PENTING BAIK DI UN MAUPUN DILUAR UN, SAUDARAKU!
MUHASABAHLAH! PERBAIKILAH DIRI KITA! ISTIQOMAH LAH DALAM KETAKWAAN. Cobalah! Kejarlah Janji-Nya! Jangan pernah berputus asa dari rahmat-Nya. Jangan pernah ada keraguan sedikitpun kepada-Nya! Berusaha keraslah dalam belajar! Jangan sistem kebut semalam. Pastilah hasil maksimal takkan didapatkan. Alangkah baiknya berusaha keraslah belajar jauh-jauh hari. Niscaya kita akan meraih hasil yang sesuai harapan In Syaa Allah. Namun, Jangan terlalu berbangga diri dengan usahamu yang hebat. Sehingga tidak membutuhkan pertolongan-Nya? Na'udzubillah min dzalik. Jangan cuma bersandar terhadap usaha kita sendiri, karena hakikatnya segala sesuatu itu ada di bawah kehendak Yang Maha Kuasa Atas Segala Sesuatu! Tawakkal-lah saudaraku! Bukankah sudah menjadi janji-Nya, bahwasanya jika kita bertawakkal kepada-Nya maka kita akan diberi kecukupan untuk keperluan kita masing-masing? Karena jika sebaliknya, kemungkinan kita akan diuji dengan kegagalan. Na'udzubillah min dzalik. Sebagaimana firman-Nya
و من يتوكل على الله فهو حسبه
Dan barangsiapa bertawakkal kepada Allah, niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya. (Q.S. Ath-Tholaq[65]: 3)
Apa itu Tawakkal? Ibnu Rojab Al Hanbali mengatakan, “Tawakkal adalah bersandarnya hati dengan sebenarnya kepada Allah Ta’ala dalam memperoleh kemashlahatan dan menolak bahaya, baik urusan dunia maupun akhirat secara keseluruhan.” (baca: pengertian tawakkal diambil dari https://muslim.or.id/30-tawakkal.html)
Sudahkah sampai kepadamu kisah tentang keinginan seorang nabi yang tidak dilandaskan dengan tawakkal 'alallah? Nabi shollallahu 'alaihi wa sallam bersabda "Sulaiman bin Daud 'alaihis-salam pernah berkata, 'Sungguh, saya akan menggilir seratus istri saya pada malam ini. Semuanya akan melahirkan anak yang ahli berkuda yang akan berjuang di jalan Allah.' Lalu temannya berkata kepadanya 'Katakanlah, In Syaa Allah,' tetapi Nabi Sulaiman tidak mengatakan 'In Syaa Allah'. Ternyata dari semua istrinya tersebut yang hamil hanya seorang istrinya saja, itupun hanya melahirkan separuh anak (anak cacat). Demi Dzat Yang Menguasai Jiwaku, seandainya Nabi Sulaiman mengucapkan 'In Syaa Allah, pastilah mereka semua akan berjuang di jalan Allah sebagai pasukan berkuda. (HR Bukhari & Muslim)
Siapakah dia jika dibandingkan dengan kita? Beliau adalah seorang Nabi dan kita hanyalah manusia biasa. Namun hanya karena disebabkan oleh tidak berlandaskannya Tawakkal 'alallah maka kegagalan pun menimpa bahkan pada seorang nabi. Lalu bagaimana dengan kita yang hanya seorang manusia biasa? Tawakkal-lah!
2. Perbanyak Do'a Dan Juga Istigfar!
Saudaraku, jika saja kita bertamu ke rumah seseorang lalu kita mengetuk pintunya berkali-kali. Semakin sering kita mengetuknya maka akan semakin besar pula peluang kita agar dibukakan pintu tersebut. Begitupun dalam berdo'a.
Apalagi di waktu-waktu tertentu yang mustajab dikabulkannya do'a. Seperti do'a di akhir sepertiga malam, saat hujan, di hari jum'at, antara adzan dan iqomah, dll. Adapun istigfar yang waktu mustajabnya itu di sepertiga malam akhir atau sering disebut pada saat sahur. Kenapa mesti do'a? Karena apalah daya diri kita ini? Bukankah do'a adalah 'ibadah dan jika seseorang tidak berdo'a maka dia termasuk orang-orang yang sombong dan dibalas dengan neraka Jahannam? sebagaimana yang disebutkan dalam Q.S Ghafir[24]: 60
وقال ربكم ادعوني استجب لك. ان الذين يستكبرون عن عبادتي سيد خلون جهنم داخرين
Dan Tuhanmu berfirman, "Berdo'alah kepada-Ku, niscaya akan Aku perkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang sombong tidak mau menyembah-Ku akan masuk neraka Jahannam dalam keadaan hina dina."
Hentikanlah saudaraku! Berhentilah bersikap sombong, apa balasannya? Neraka? Waduh! Na'udzubillah min dzalik. Sungguh, kita semua membutuhkan pertolongan-Nya dan Hanya Dialah Dzat Yang Maha Berkuasa Atas Segala Sesuatu. Berdo'alah, bisa do'a didalam (QS. Thaha[20]: 25-26)
Lalu ada apa dengan istigfar? Keutamaan istigfar sungguh begitu menakjubkan sebagaimana suatu hadits berbunyi "Barangsiapa memperbanyak istigfar; niscaya Allah akan memberikan jalan keluar bagi setiap kesedihannya, kelapangan untuk setiap kesempitannya, dan rezki dari arah yang tidak disangka-sangka." (HR. Ahmad dari dari Ibnu Abbas rodhiyallahu 'anhu dan sanadnya dinilai shahih oleh al-Hakim dan Ahmad Syakir)
"Ada masalah yang buntu bagiku, kemudian aku beristigfar kira-kira seratus kali. Kemudian Allah membukakan jalan keluarnya." ~ Ibnu Taimiyah
Dan juga ketahuilah, salah satu hal yang termasuk balasan, 'adzab, atau bahkan dampak buruk dari dosa dan segala ma'siat yang kita lakukan yakni sumber utama dari kegagalan.
وما كان الله معذ بهم وهم يستغفرون
Dan tidaklah (pula) Allah akan menghukum mereka, sedang mereka (masih) memohon ampunan. (QS. Al-Anfal[8]: 33)
وجزاء سيئة سيئة مثلها
Dan balasan suatu kejahatan adalah kejahatan yang setimpal. (QS. Asy-Syuro[42]: 40)
'Amalkanlah saudaraku! Agar kita terhindar darinya!! Istigfarlah! Teruslah istiqomah! Jangan putus asa beristigfar! Semoga Allah memberi ampunan serta memberikan kita apa yang kita harapkan. Aamiin
3. Jauhi Ritual-Ritual Sesat, Hal-Hal Yang Menyimpang Dari Syari'at Tanpa Sesuai Sunnah (Bid'ah), dan Andalkanlah Kejujuran Serta Hindari Kecurangan (Tipuan)
Saudaraku, muhasabahlah! Koreksilah diri kita setiap waktu. Disaat kita sebelum melakukan, sedang melakukan, dan sesudah melakukan suatu 'amalan. Mungkin ada diantara kita apalagi yang akan menghadapi UN pergi ke dukun, menaruh kertas bertuliskan dzikir dalam air lalu diminum begitu saja, dan melakukan ritual-ritual yang sesat lainnya.
Perlu kita semua pahami dan sadari bahwasanya apapun pelanggaran yang kita lakukan dalam ujian, baik itu mencontek, data yang dipalsukan, plagiat, dsb. Semuanya termasuk penipuan, dosa besar, dan hukumnya haram!!!
Dari Abu Huroiroh rodhiyallahu 'anhu, Nabi shollallahu 'alaihi wa sallam bersabda,
من غشنا فليس منا
Barangsiapa yang menipu kami maka dia bukan termasuk golongan kami (HR. Muslim [No 101])
Bukan termasuk golongan kami? Bijaklah saudaraku! Cermati baik-baik apa maksudnya. INGAT! JANGAN SEKALI-KALI MENGANGGAP REMEH SUATU PERBUATAN DOSA! APAKAH KITA DIBIARKAN SAJA TANPA MENDAPATKAN BALASAN ATAU 'ADZAB ATAS SUATU PERBUATAN DOSA MA'SIAT YANG KITA LAKUKAN?
Jangan sekali-kali kamu mengira bahwa orang yang gembira dengan apa yang telah mereka kerjakan dan mereka suka dipuji atas perbuatan yang tidak mereka lakukan, jangan sekali-kali kamu mengira bahwa mereka akan lolos dari 'azab. Mereka akan mendapat 'azab yang pedih. (QS. Ali-Imron[3]: 188)
Selamat berjuang saudaraku! Silahkan di'amalkan! Barokallahu fiikum wa fiina. Selamat menempuh UN, semoga diberkahi oleh Allah subhanahu wa ta'ala dan kesuksesan menyertai kita semua. Aamiin.
Semoga bermanfaat :) Telah disusun pada 11 Rajab 1438 H, Sabtu, 8 April 2016.
#KeepIstiqomah Saudaraku! :)
Artikel RohisKarimun08.blogspot.com | Facebook/Twitter/Instagram: @RohisKarimun | Line@: @fuz2598t
PEMBAHASAN KEDUA
Disaat cinta mengalahkan akal kita, menguasai yang muda dan yang tua, berbicara sesuatu yang tak lagi benar, menjerumuskan, tak mampu terbendung dengan kekuatan iman, membutakan yang melihat, menulikan yang mendengar, membisukan yang berbicara, dan tak mampu lagi berkompromi dengan jiwa dan iman. Disaat itulah anda perlu mengenal siapa sebenarnya yang bernama "Cinta".
~ Ustadz Muhammad Fakhrurrazi Anshar, Hafizhahullah
Siapakah "Cinta" Itu? Tetaplah istiqomah dalam keep updates dengan rohis karimun untuk pembahasan selanjutnya!!!
Artikel RohisKarimun08.blogspot.com | Facebook/Twitter/Instagram: @RohisKarimun | Line@: @fuz2598t
Disaat cinta mengalahkan akal kita, menguasai yang muda dan yang tua, berbicara sesuatu yang tak lagi benar, menjerumuskan, tak mampu terbendung dengan kekuatan iman, membutakan yang melihat, menulikan yang mendengar, membisukan yang berbicara, dan tak mampu lagi berkompromi dengan jiwa dan iman. Disaat itulah anda perlu mengenal siapa sebenarnya yang bernama "Cinta".
~ Ustadz Muhammad Fakhrurrazi Anshar, Hafizhahullah
Siapakah "Cinta" Itu? Tetaplah istiqomah dalam keep updates dengan rohis karimun untuk pembahasan selanjutnya!!!
Artikel RohisKarimun08.blogspot.com | Facebook/Twitter/Instagram: @RohisKarimun | Line@: @fuz2598t
PEMBAHASAN PERTAMA
Jangan ada diantara kita menyepelekan perkara cinta! Perkara cinta adalah perkara aqidah yang bisa memasukkanmu ke dalam syurga atau justru menarikmu ke dalam neraka. Hati-hati dengan cinta!!! Anda bisa selamat karenanya atau anda bisa celaka karenanya. Cinta Tidak Boleh Mendua!!!
~ Ustadz Muhammad Fakhrurrazi Anshar, Hafizhahullah
CINTA APA YANG TIDAK BOLEH DIDUAKAN? SIMAK PEMBAHASAN SELANJUTNYA DENGAN TERUS KEEP UPDATES DENGAN ROHIS KARIMUN!!!
Artikel RohisKarimun08.blogspot.com | Facebook/Twitter/Instagram: @RohisKarimun | Line@: @fuz2598t
Umar bin Abdul Aziz berkata, “Jika kalian melihat seseorang yang tidak banyak berbicara dan mengasingkan diri
dari manusia, maka berteman akrablah dengannya, kalian akan dapatkan ilmu dari orang itu” (at Tabshirah, Ibnul
Jauzi, 2/289)
~ Dr Ahmad Isa al Mu'sharawi, ketua lajnah tashih al Quran di al Azhar, Doktor ilmu hadits Universitas al Azhar, Mesir. Dari Twit Ulama
Artikel RohisKarimun08.blogspot.com
Bismillah, wash shalatu was salamu 'ala Rasulillah, amma ba'du.
Alhamdulillah, kita sekarang sudah sampai ke pembahasan ketiga tentang Keutamaan Berukhuwah Saling Mencintai Karena Allah.
3. Mendapatkan mahabatullah (kecintaan Allah), karena Allah memuliakan orang yang mencintai seorang hamba karena-Nya.
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, yang Beliau shallallahu 'alaihi wa sallam riwayatkan dari Rabb 'Azza Wa Jalla: “Aku berikan cinta-Ku kepada orang-orang yang saling mencintai karena Aku, orang-orang yang saling bertemu dalam majelis karena Aku, dan orang-orang yang saling memberi karena Aku.” (H.R. Malik dalam Muwaththa’ dari Mu’adz, no. 1.735).
Juga, Beliau shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: “Dan tidaklah seorang hamba mencintai seorang hamba lainnya karena Allah, melainkan Allah memuliakannya.” (H.R Malik dalam Al Jami’ Ash-Shaghir, no. 5.516)
Bismillah, was shalatu was salamu 'ala Rasulillah. Amma ba'du
Pembahasan selanjutnya:
2. Memohonkan syafa'at-Nya di surga kelak.
Dari Abu Said al-Khudri radhiyallahu ‘anhu, dalam hadis yang panjang, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda tentang syafaat di hari kiamat:
Setelah orang-orang mukmin itu dibebaskan dari neraka, demi Allah, Dzat yang jiwaku berada di tanganNya, sungguh kalian begitu gigih dalam memohon kepada Allah untuk memperjuangkan hak untuk saudara-saudaranya yang berada di dalam neraka pada hari kiamat.
Mereka memohon: Wahai Tuhan kami, mereka itu (yang tinggal di neraka) pernah berpuasa bersama kami, shalat, dan juga haji.
Dijawab: "Keluarkan (dari neraka) orang-orang yang kalian kenal.
" Hingga wajah mereka diharamkan untuk dibakar oleh api neraka.
Para mukminin inipun mengeluarkan banyak saudaranya yang telah dibakar di neraka, ada yang dibakar sampai betisnya dan ada yang sampai lututnya.
Kemudian orang mukmin itu lapor kepada Allah, "Ya Tuhan kami, orang yang Engkau perintahkan untuk dientaskan dari neraka, sudah tidak tersisa."
Allah berfirman, "Kembali lagi, keluarkanlah yang masih memiliki iman seberat dinar."
Maka dikeluarkanlah orang mukmin banyak sekali yang disiksa di neraka.
Kemudian mereka melapor,
"Wahai Tuhan kami, kami tidak meninggalkan seorangpun orang yang Engkau perintahkan untuk dientas…" (HR. Muslim no. 183)
Memahami hadis ini, Imam Hasan al-Bashri menasehatkan,
"Perbanyaklah berteman dengan orang-orang yang beriman. Karena mereka memiliki syafaat pada hari klamat."
Imam Ibnul Jauzi menasehatkan kepada teman-temannya, "Jika kalian tidak menemukan aku di surga, maka tanyakanlah tentang aku kepada Allah.
Ucapkan: 'Wahai Tuhan kami, hambaMu fulan, dulu dia pernah mengingatkan kami untuk mengingat Engkau. Maka, masukkanlah bersama kami di Surga-Mu'." Kemudian beliau menangis.
Oleh: Ustadz Abu Yahya Ammi Nur Baits (Alumni Madinah International University)
Artikel RohisKarimun08.blogspot.com
Pembahasan selanjutnya:
2. Memohonkan syafa'at-Nya di surga kelak.
Dari Abu Said al-Khudri radhiyallahu ‘anhu, dalam hadis yang panjang, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda tentang syafaat di hari kiamat:
Setelah orang-orang mukmin itu dibebaskan dari neraka, demi Allah, Dzat yang jiwaku berada di tanganNya, sungguh kalian begitu gigih dalam memohon kepada Allah untuk memperjuangkan hak untuk saudara-saudaranya yang berada di dalam neraka pada hari kiamat.
Mereka memohon: Wahai Tuhan kami, mereka itu (yang tinggal di neraka) pernah berpuasa bersama kami, shalat, dan juga haji.
Dijawab: "Keluarkan (dari neraka) orang-orang yang kalian kenal.
" Hingga wajah mereka diharamkan untuk dibakar oleh api neraka.
Para mukminin inipun mengeluarkan banyak saudaranya yang telah dibakar di neraka, ada yang dibakar sampai betisnya dan ada yang sampai lututnya.
Kemudian orang mukmin itu lapor kepada Allah, "Ya Tuhan kami, orang yang Engkau perintahkan untuk dientaskan dari neraka, sudah tidak tersisa."
Allah berfirman, "Kembali lagi, keluarkanlah yang masih memiliki iman seberat dinar."
Maka dikeluarkanlah orang mukmin banyak sekali yang disiksa di neraka.
Kemudian mereka melapor,
"Wahai Tuhan kami, kami tidak meninggalkan seorangpun orang yang Engkau perintahkan untuk dientas…" (HR. Muslim no. 183)
Memahami hadis ini, Imam Hasan al-Bashri menasehatkan,
"Perbanyaklah berteman dengan orang-orang yang beriman. Karena mereka memiliki syafaat pada hari klamat."
Imam Ibnul Jauzi menasehatkan kepada teman-temannya, "Jika kalian tidak menemukan aku di surga, maka tanyakanlah tentang aku kepada Allah.
Ucapkan: 'Wahai Tuhan kami, hambaMu fulan, dulu dia pernah mengingatkan kami untuk mengingat Engkau. Maka, masukkanlah bersama kami di Surga-Mu'." Kemudian beliau menangis.
Oleh: Ustadz Abu Yahya Ammi Nur Baits (Alumni Madinah International University)
Artikel RohisKarimun08.blogspot.com
1. Ukhuwah menjadikan pelakunya termasuk orang-orang yang memiliki keutamaan.
Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Tidaklah dua orang yang saling mencintai karena Allah, melainkan yang paling utama diantara keduanya adalah yang paling cinta kepada sahabatnya itu”. [Al Bukhari dalam Al Adab Al Mufrad (no. 544); Ash Shahihah (no. 451)]
Artikel RohisKarimun08.blogspot.com
Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Tidaklah dua orang yang saling mencintai karena Allah, melainkan yang paling utama diantara keduanya adalah yang paling cinta kepada sahabatnya itu”. [Al Bukhari dalam Al Adab Al Mufrad (no. 544); Ash Shahihah (no. 451)]
Artikel RohisKarimun08.blogspot.com
Salah satu perintah dalam Islam adalah menyatakan cinta karena Allah. Namun tentu saja cinta bukan dinyatakan pada lawan jenis yang tidak halal karena adanya godaan besar di balik itu.
Dari Habib bin ‘Ubaid, dari Miqdam ibnu Ma’dy Kariba –dan Habib menjumpai Miqdam ibnu Ma’di Kariba-, ia berkata, “Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
إِذَا أَحَبَّ أَحَدُكُمْ أَخَاهُ فَلْيُعْلِمْهُ أَنَّهُ أَحَبَّهُ
“Jika salah seorang di antara kalian mencintai saudaranya hendaklah dia memberitahu saudaranya itu bahwa dia mencintainya.” (HR. Bukhari dalam Adabul Mufrod no. 421/542, shahih kata Syaikh Al Albani)
Dari Mujahid berkata,
لقيني رجل من أصحاب النبي صلى الله عليه وسلم فأخذ بمنكبي من ورائي. قال: أما إني أحبّك. قال : أحبك الله الذي أحببتني له. فقال : لولا أن رسول الله صلى الله عليه وسلم قال: ” “إذا أحب الرجل الرجل فليخبره أنه أحبه”. ما أخبرتك. قال: ثم أخذ يعرض علي الخطبة. قال: أما إن عندنا جارية، أما إنها عوراء
“Ada salah seorang sahabat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bertemu denganku lalu ia memegang pundakku dari belakang dan berkata,
أما إني أحبّك
“Sungguh saya mencintaimu.”
Dia lalu berkata,
أحبك الله الذي أحببتني له
“Semoga Allah yang membuatmu mencintaiku turut mencintaimu.”
Dia berkata, “Kalau sekiranya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak bersabda, “Jika seorang pria mencintai saudaranya hendaklah dia memberi tahu bahwa dia mencintainya“, maka tentulah ucapanku tadi tidak kuberitahukan kepadamu.” Dia lalu menyodorkan sebuah lamaran kepadaku sambil berkata,
“Kami memiliki seorang budak perempuan dia buta sebelah matanya (silakan engkau mengambilnya).”
(HR. Bukhari dalam Adabul Mufrod 422/543. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini hasan shahih).
Inilah ajaran Islam yang mengajarkan untuk saling mencintai. Ketika kita mencintai saudara kita karena Allah, maka ungkapkanlah cinta tersebut dengan mengatakan, “Inni uhibbuk” atau “Inni uhibbuk fillah”. Lalu ketika saudaranya mendengar, maka balaslah dengan mengucapkan “ahabbakallahu alladzi ahbabtani lahu” (Semoga Allah yang membuatmu mencintaiku turut mencintaimu). Dan ini menunjukkan hendaknya cinta dan benci pada orang lain dibangun karena Allah, bukan karena maksud dunia semata.
Ibnu ‘Abbas berkata,
من أحب في الله، وأبغض في الله، ووالى في الله، وعادى في الله، فإنما تنال ولاية الله بذلك، ولن يجد عبد طعم الإيمان وإن كثرت صلاته وصومه حتى يكون كذلك. وقد صارت عامة مؤاخاة الناس على أمر الدنيا، وذلك لا يجدي على أهله شيئا.
“Siapa yang mencintai dan benci karena Allah, berteman dan memusuhi karena Allah, sesungguhnya pertolongan Allah itu diperoleh dengan demikian itu. Seorang hamba tidak adakn bisa merasakan kenikmatan iman walaupun banyak melakukan shalat dan puasa sampai dirinya berbuat demikian itu. Sungguh, kebanyakan persahabatan seseorang itu hanya dilandaskan karena kepentingan dunia. Persahabat seperti itu tidaklah bermanfaat bagi mereka.” (Diriwayatkan oleh Ibnu Jarir disebutkan dalam Kitab Tauhid Syaikh Muhammad At Tamimi)
Al Hasan Al Bashri berkata,
إنَّ أحبَّ عبادِ الله إلى الله الذين يُحببون الله إلى عباده ويُحببون عباد الله إلى الله ، ويسعون في الأرض بالنصيحة
“Sesungguhnya hamba yang dicintai di sisi Allah adalah yang mencintai Allah lewat hamba-Nya dan mencintai hamba Allah karena Allah. Di muka bumi, ia pun memberi nasehat pada orang lain.” (Jaami’ul ‘Ulum wal Hikam, 1: 224).
Semoga kita bisa saling mencintai karena Allah dan mendapatkan pertolongan-Nya.
Sumber : https://rumaysho.com/6319-aku-mencintaimu-karena-allah.html